Ikhlas
Satu kata yang terlihat mudah, bahkan diremehkan banyak orang. Padahal itu begitu bermakna. Satu kata yang terlihat enteng, ternyata berat untuk dipraktekan. Bahkan mungkin lebih sulit untuk mempelajari teori fisika, dan mempratekannya dilaboratoraium.
Seusai aku membaca beberapa halaman dari Buku ‘Quantum Ikhlas’ (terutama yang udah diberi stabilo sama ayahku) ternyata belajar mengikhlaskan sesuatu memanglah tidak mudah. Banyak yang harus kita relakan, padahal untuk merelakan uang 100 rupiah dan ditukarkan dengan sebuah permen disupermarket pun kita ‘rela gak rela’.
Pdahal juga nih, hanya dengan mengikhlaskan sesuatu kita bisa mendapatkan banyak hal yang lebih berarti dari sesuatu yang kita relakan tadi.
“Karena begitu kita mengikhlaskan sesuatu, maka kita telah menyerahkan hal itu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kecerdasan Tuhanlah yang bekerja pada diri kita dengan mekanisme yang sulit dipahami oleh pikiran manusia.” Ujar buku berjudul Quanntu Ikhlas yang covernya berwarna hijau itu.
Satu kalimat yang panjang, membuatku berpikir 2X lebih panjang. Namun kurasa kalimat itu benar juga. Begitu berartinya kata ‘Ikhlas’ yang tampak sederhana, bahkan bisa dibilang sesuatu yang ‘tak tampak’ tetapi bermakna besar dan dahsyat dalam kehidupan kita.
“Kebanyakan orang meyakini bahwa dalam hidup ia harus meraih semua keeinginannya dengan berusaha keras, membanting tulang hingga tetes darah penghabisan. Padahal tuntunan agama menjajikan berbagai kemudahan atau keesuksesan akan datang menghampiri jika dalam ikhtiarnya manusia berhasil besyukur...” kembali mengutip dari ‘Quantum Ikhlas’ dihalaman 10 yang juga berhasil sukses menyadarkanku akan sesuatu bahwa ikhlas dapat membawa perubahan besar dalam pikiran kita agar selalu dalam keadaan positif (positive thingking).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar sesuka hati. Pedas boleh. Asal tidak mencubit hati orang lain, makasih :)